Didampingi kuasa hukumnya, Budi Sekoriyanto, pihak keluarga mengatakan siap memberikan keterangan – keterangan kepada polisi. Budi sendiri menduga insiden itu dilakukan oleh aparat keamanan, apakah itu TNI atau juga Polri.
“Indikasinya dari anggota itu salah satunya dari proyektil peluru kaliber 38mm, dan diduga revolver. Itu biasa digunakan Polri. tapi tentu belum bisa menyimpulkan, pelaku memang belum tertangkap,” katanya saat memberikan keterangan pers di Semarang, Rabu (16/10/2013).
Sejauh ini, kata Budi, handphone korban juga belum ditemukan. Indikasi pelaku itu aparat, kata Budi, juga dari keterangan saksi Muhammad Wahyu Susanto (22) yang sempat melihat pelaku.
“Pelaku pakai sepatu PDH atau PDL. Korban memang sempat menangkap pencuri bantalan rel kereta api, namun sejauh ini pelaku utama yang diduga bernama Danu belum tertangkap,” lanjutnya.
Budi membeber, korban memang pernah mempunyai masalah dengan Polri dan TNI. Untuk Polri itu terjadi sekira awal Oktober 2012, dengan Briptu Ismoharto, anggota Direktorat Polisi Perairan Polda Jawa Tengah. Saat itu terjadi salah paham di ujung gang, saat motor Ismoharto menabrak korban dari belakang.
Saat itu oknum polisi itu justru marah – marah, memukul pakai helm dan sempat menodongkan pistol. Kasus itu dibawa hingga ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jawa Tengah dan oknum polisi tersebut dijatuhi hukuman disiplin.
Sementara kasus yang terkait dengan pekerjaan korban sebagai petugas keamanan itu terjadi akhir Oktober 2012. Saat itu korban bermasalah dengan seseorang bernama Iswadi, seorang anggota Angkatan Laut (AL) yang berdinas di Jakarta.
“Iswadi itu tetangga korban. Masalahnya terkait uang, istilahnya jatah uang keamanan proyek setempat. Jadi insiden penembakan ini ada persitiwa – peristiwa yang mendahului, tapi apakah ini berkaitan atau tidak, tentu polisi yang bisa mengungkapnya. Kami siap membantu memberikan keterangan – keterangan,” jelasnya.
Sementara saksi pada kejadian itu, Muhammad Wahyu Susanto (22) warga Kebonharjo RT1/RW6, Kecamatan Semarang Utara, mengaku saat kejadian sebetulnya sedang bersama lima orang, termasuk korban. Namun tiga lainnya pergi buang air kecil saat penembakan terjadi.
“Pelakunya itu nembak kaca dulu, baru nembak korban. Sempat saya kejar, tapi tidak tertangkap. Korban jatuh di depan rumah dan meninggal,” tambahnya.
Terpisah, Kapolrestabes Semarang, Komisaris Besar Djihartono mengatakan sejauh ini tersangka penembakan belum ditangkap.
“Masih dalam penyelidikan. Konflik – konflik sebelumnya tentu jadi pertimbangan, korban pernah ada konflik dengan siapa saja. Tentu jadi penyelidikan,” timpalnya.
Sebelumnya diberitakan, Soleh tewas setelah peluru menembus ginjal kirinya. Akibat penembakan itu, Soleh menderita pendarahan hebat, roboh hingga akhirnya tewas di depan rumahnya.
Pelaku yang berciri – ciri mengenakan helm, berjaket, menggunakan ransel dipakai di depan, dan menggunakan sepeda motor, sempat dua kali menembak. Tapi satu tembakan lain meleset, menembus kaca dan menancap tembok.
Hasil uji Laboratorium Forensik, peluru itu kaliber 38 mm ditembakkan dari senpi jenis pistol revolver. Korban tewas di depan rumahnya, di Kampung Kebonharjo Gg Garuda RT05/RW06 nomor 46, Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara.
Terima kasih telah membaca artikel tentang
dan anda bisa bookmark artikel
ini dengan url http://googlenewws.blogspot.com/2014/01/keluarga-soleh-33-petugas-keamanan-rel.html Terima kasih
Belum ada komentar untuk " "
Post a Comment
Terima Kasih